Kamis, 26 Mei 2011

Pendaftaran Anggota Viking Bonanza Rancaekek

Untuk yang ingin mendaftar menjadi anggota Viking Bonanza Rancaekek bisa langsung datang ke Mabes di Komplek Empang Sari .
Biaya pendaftaran Rp.100.000 sudah termasuk kaos dan id card + iuran pertama kas anggota .
Untuk gelombang pertama di buka hari ini sampai tanggal 02 juni 2011 hanya untuk 22 orang saja .


Contact Person

Ridwan   081809424037
Panca     02295660161

Rabu, 20 April 2011

Bobotoh, Hidayah Terindah Suporter Sepakbola

Terkadang sempat terpikir betapa meruginya diri penulis andai tidak dibesarkan di Bandung dan mengenal apa itu Persib. Ya, beruntunglah kawan-kawan kita semua yang telah mendapat “hidayah” menjadi seorang bobotoh Persib. Tak dapat dipungkiri, itulah salah satu karunia terindah yang pernah diberikan oleh-Nya bagi mereka yang merasakannya.

Mengapa menjadi bobotoh begitu istimewa dan luar biasa? Bukankah sama saja dengan mereka yang mengaku dirinya Jakmania, Aremania, Persikmania, Viola dll. Dengan lantang dan tegas, mereka yang merasa dirinya bobotoh akan menjawab," beda!." Jika kita kaitkan dengan kata "hidayah" di atas, tidak ada rekayasa dan muncul tanpa paksaan, maka dalam konteks ranah fanatisme murni suporter sepakbola tentang kecintaan terhadap klub, akan sangat mudah kita arahkan kepada Persib dan bobotohnya.

Jauh sebelum lahirnya kelompok suporter bernama Viking (yang konon total anggotanya mencapai 50.000 orang), Persib telah dikenal memiliki begitu banyak pendukung fanatik yang tersebar terutama di Jawa Barat. Pada pertandingan final Kompetisi Perserikatan 1985 Persib melawan PSMS, Stadion Senayan yang berkapasitas 120.000 tempat duduk tak mampu membendung suporter Persib yang datang ke sana mencapai sekitar 140.000 orang. Penonton meluber hingga pinggir lapangan.

Dalam artian jika Viking yang merupakan bagian kecil dari bobotoh saja berjumlah demikian banyak, bayangkan jumlah total bobotoh terhitung sejak Viking belum dideklarasikan pada tahun 1993. Ini berbeda dengan kelompok suporter lain yang hadir karena memang direkayasa dengan cara deklarasi, sengaja mengumpulkan massa atau bagaimanapun caranya. Biasanya suporter jenis ini pada awalnya memang berbentuk organisasi, barulah banyak anggota yang bergabung. Jika organisasi kelompok suporter ini bubar, maka dapat dipastikan tak ada lagi pendukung yang identik dengan klub bersangkutan berdomisili. Namun, tentunya ada beberapa perkecualian setidaknya untuk kota-kota yang sejak awal memang memiliki tradisi sepakbola yang mengakar dan dikenal memiliki pendukung fanatik dengan jumlah banyak, terutam sejak era Kompetisi Perserikatan seperti Medan (PSMS), Bandung (Persib), Surabaya (Persebaya), dan Makassar (PSM).

Misalkan saja, Viking terpaksa bubar, tentunya yang namanya bobotoh akan tetap ada dan siap membirukan stadion saat Persib berlaga. Begitupun pula jika Persebaya Fans Club, Fazters ataupun YSS gulung tikar, yang namanya "Bonek" tentunya tetap banyak dan selalu ada untuk mewarnai langkah Persebaya. Hal yang sama berlaku andai saja KAMPAK di Medan ataupun Maczman di Makasar lenyap dari bumi nusantara, suporter-suporter alami dan simpatisan mereka yang fanatik tetap akan selalu ada seperti era Perserikatan dulu.

Menjadi bobotoh memang seakan menjadi takdir dan dorongan alami saat seseorang melihat ayah, kakek, atau lingkungan sekitar begitu kental dan selalu membicarakan tentang sepak terjang "sang idola", Persib Bandung. Bahkan sulit menceritakan kapan persisnya seseorang jatuh hati kepada Persib, karena rasa itu seakan hadir dan melekat secara alamiah dalam perjalanan hidup seorang bobotoh.

Rasa itu hadir tanpa perlu dideklarasikan, diorganisir dan direkayasa dalam segala keterikatan formal. Jika saja saat ini muncul kelompok suporter seperti Viking, toh itu hanya kebutuhan saja, karena jumlah anggota dan banyak hal yang perlu distrukturisasi. Jauh sebelum dan tanpa itu pun, mereka tetap bobotoh yang hingga kapan pun memiliki keterikatan emosional dengan bobotoh non-Viking. Jadi bukan ketika menjadi anggota Viking seseorang dianggap menjadi bobotoh Persib, tetapi ketika yang bersangkutan mulai terpikat oleh pesona Persib.

Dapat dipastikan, sebelum bobotoh berbaju fans club, dia tentu telah menjadi seorang bobotoh. Jikalau memutuskan bergabung dengan bendera fans club itu hanyalah sebuah pilihan yang mempertimbangkan banyak faktor seperti kawan, teritorial, gaya hidup dll. Namun satu yang pasti , menjadi bobotoh bukanlah sebuah pilihan. Bobotoh adalah “hidayah”, mungkin itulah kata yang paling tepat, dalam konteks unik ala supporter tentunya. ***

Penulis adalah mahasiswa S2 Fakultas Hukum Unpad dan menjabat sebagai Kepala Biro Litbang keluarga bobotoh Unpad.

Sabtu, 16 April 2011

Persib Menuju Mandiri dan Berprestasi

MEMBINA sepakbola tidak bisa dilepaskan dari persoalan pendanaan yang tidak sedikit. Ironisnya, sumber pendanaan utama, masih tergantung pada APBD.
Sumber lain, bukan tidak ada. Tapi tidak akan memadai menutup biaya opersional klub. Banyak klub yang dibiayai pihak swasta, akhirnya gulung tikar. Diantaranya Mastrans Bandung Raya, Arseto Solo, dan Niac Mitra.

Meski begitu, tekad Persib menjadi mandiri, lepas dari ketergantungan ABD, tidak pernah surut. Apalagi paradigma sepakbola sudah bergeser ke arah profesional-nasional. Jauh meninggalkan tradisional-konvensional.


Dan perubahan-perubahan positif yang terus dijalankan pengurus Persib, seperri mengubah pengelolaan dengan semangat kewirausahaan, akhirnya menuntun Persib menjadi klub mandiri.


Terutama setelah lahirnya Permendagri (Peraturan Mentri Dalam Negeri) 13 tahun 2006 dan Permwndagri Nomor 59 tahun 2007 yang mengatur ketentuan hibah (yang diberikan kepada Persib) tidak dapat dilakukan secara terus menerus.


Seiring dengan itu klub peserta Kompetisi Liga Indonesia, oleh BLI (Badan Liga Indonesia) sebagi pelaksana kompetisi,   diwajibkan berbentuk badan hukum. Maka langkah Persib menjadi mandiri kian mantab.


Sempat  terbesit rasa gamang juga. Pasalnya, realitas persepakbolaan nasional, secara riil belum berkembang menjadi sebauh industri. Apalagi jadi industri yang menguntungkan?


Indikatornya regulasi BLI yang melarang klub memiliki sponsor sejenis dengan sponsor resmi kompetisi. BLI juga mengambil space sponsor milik klub dan tidak sebanding dengan kompensasi sunsidi. Selain itu BLI memonopoli hak siar televisi.


Diluar itu, iklim sepakbola belum menarik sponsor karena jadwal kompetisi sering berubah-rubah. Tindakan anarkis masih mendominasi pelaksanaan kompetisi. PSSI/BLI tidak tegas dan serius menerapkan aturan.


Tapi, lantaran komitment dan semangat perubahan sudah menjiwai pengelola Persib untuk berubah menjadi mandiri, hambatan psikologis bisa dilewati.


Sejak itu berbagai pemikiran dari stakeholder Persib, pakar sepakbola, politisi, budayawan dll  tercurah untuk mencari jalan terbaik ketika Persib memutuskan menajdi tim mandiri.


Semata agar perubahan Persib menjadi lebih mandiri dan berbadan hukum, bisa menjamin keberlngsungan Persib dipentas sepakbola nasional.


Akhirnya kesepakatan tercipta. Persib Bandung resminya menjadi perusahaan berbadan hukum dengan nama PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) 11 Desember 2008.


Keputusan ini dilakukan melalui rapat pemegang mandat pembentukan badan hukum dan tim 31 yang terdiri dari pengurus dan klub-klub Persib.


Tanggung jawan yang diemban PT PBB menyiapkan anggaran untuk Persib mengikuti LSI. Pasti tidak mudah melakukan itu. Karena banyak faktor yang menyertai langkahnya.


Tapi, berkat bussiness plan dan pendekatan pada dunia usaha,  PT PBB berhasil mendatangkan konsorsium yang bersedia menyediakan dana Rp 20 milyar dari kebutuhan klub Rp 30 milyar.


Sisanya dipenuhi dari usaha mandiri PT PBB yang berhasil menarik sponsorship seperti Honda, Yomart, Corsa, Evalube, BTPN dan sponsor lainnya.


Meski begitu, aspek penerimaan dari hak siar TV, sponsor, tiket. Merchandise dan transfer fee masih belum mampu menutup besaran pengeluaran.


Kesulitannya adalah Persib belum memiliki stadion sendiri. Selain kesadaran supporter untuk membeli tiket asli masih sangat kurang.


Sementara itu biaya operasional (keamanan, perizinan, penggunaan fasilitas) dalam pertandingan kandang masih tinggi dan sepakbola belum menjelma jadi industri.

Minggu, 10 April 2011

Pemesanan tiket pertandingan antara PERSIB vs Persisam

bagi yang ingin memesan tiket pertandingan
antara PERSIB vs PERSISAM
tanggal 13 April 2011
sudah dapat di pesan .
untuk tribun :
  • timur                 : Rp.43.000
  • selatan/ utara    :  Rp.28.000
bagi yang mau silahkan hubungi kami
untuk wilayah Rancaekek dan sekitarnya gratis Ongkir (ongkos kirim)

contact person :
ridwan     081809424037
taufik       081809596386

Hebat dan Ditakuti

KEMENANGAN telak 3-0 dari Bontang FC menegaskan tongkrongan Maung Bandung masih menggetarkan. Tim manapun pasti berhitung dua kali saat jumpa Persib.
Indikatornya permainan rancak yang dihamparkan anak-anak Bandung. Bukan hanya indah dan menghibur, tapi juga tajam dan menyengat.

Kolektivitas permainan terjaga utuh. Aliran serangan bisa dihamparkan dari semua lini permainan. Keseimbangan tim juga terjaga.

"Kalau anak-anak mau apapun bisa kita hamparkan. Pelatih sudah memberikan semuanya, taktik dan strategi plus kesempatan bermain," ungkap Robby Darwis, asisten pelatih Persib.

Sepakbola memang permainan tim. Makin indah dan tajam jika semangat kebersamaan mengalir deras dijiwa pemain.

Bahkan, jika pemain  mau melepaskan semua kemapuan terbaiknya, peluang memenangkan pertandingan terbuka lebar. Tidak perduli main dikandang ataupun tandang.

"Persib itu tim besar. Eksisitensinya sangat diperhitungkan tim lain. Jadi jangan pernah takut manggung dimanapun," jelas Robby.

Sebaliknya, spirit dan harga diri harus terus dikedepankan. Yakinlah tim lain pusing memikirkan sepak terjang Maung Bandung. 

"Dengan begitu, secara otomatis, mental pemain tertata baik. Standart permainan terjaga. Grafis permainan meningkat.   Tinggal takdir Tuhan, kita menang atau terganjal," beber legendaris Maung Bandung.

Abanda: Gol Saya Bisa Membawa Persib Menang

GOL Abanda Herman lewat tandukan kepala menjadi pembuka dua gol berikutnya saat Persib Bandung melumat tamunya Bontang FC 3-0 di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Sabtu (9/4/2011) malam.
"Saya senang bisa mencetak gol kembali untuk Persib. Gol saya bisa membawa Persib menang," ungkap Abanda kepada Persibholic.com seusai pertandingan di ruang ganti pemain.

Kelihaian mantan defender Persija Jakarta ini dalam menempatkan posisi di area kotak penalti dan memanfaatkan tinggi badannya, ia mampu mencetak gol dengan kepalanya ke gawang Bontang FC. Sebelumnya Abanda berhasil mencetak gol ke gawang Persija, Pelita Jaya, dan Persipura.

"Saya senang, ini menjadi gol keempat saya selama di Persib. Selama saya mendapat peluang untuk cetak gol, saya tidak akan menyia-nyiakannya," tegas pemain asal Kamerun itu.

Kedepannya, Abanda berharap ingin terus menyumbang gol yang lebih banyak bagi klub kebanggaan warga Jawa Barat itu.

"Kedepannya, saya akan terus berusaha untuk bisa cetak gol yang lebih banyak untuk Persib," jelasnya sambil tersenyum.

Pola 4-4-2 Lebih Hidup

PERSIB Bandung kerap melakukan perubahan formasi, baik skema maupun pemain yang menjadi starter. Perubahan tersebut beberapa kali berhasil, namun kadang juga jauh dari harapan.
Namun, saat menaklukan Bontang FC tiga gol tanpa balas di stadion Si Jalak Harupat, Sabtu (9/4) kemarin, pola 4-4-2 yang diterapkan jajaran pelatih terbukti berhasil dan bahkan mendekati sempurna.

Ditanya soal kerap terjadinya perubahan pola, pemain Persib Isnan Ali mengaku pola 4-4-2 membuat permainan lebih hidup. Menurutnya, pola modern tersebut memberikan jarak antar lini yang dekat.

"Memang dengan pola 4-4-2 semua pemain jadi mau bekerja. Jaraknya dekat dan kita bisa fokus pada bertahan atau menyerang. Ini kan pola modern," ungkap Isnan.

Pada beberapa laga sebelumnya, Maung Bandung juga kerap memakai pola 3-5-2 yang merupakan ciri khas Persib sejak beberapa musim ini. Kadang juga pelatih menerapkan pola 3-4-3.

Saat pola 3-5-2, Isnan kerap ditempatkan sebagai sayap kiri. Sementara pada pola 4-4-2, Isnan kembali ke posisi awalnya sebagai bek kiri. Hal ini tentu memaksimalkan tugasnya.

"Sebetulnya pola apapun tidak masalah bagi pemain. Tapi karena saya terbiasa dengan pola 4-4-2, jadi lebih maksimal saja performanya," sambungnya.

Dengan empat bek, gawang Persib memang lebih aman. Terbukti, dengan performa gemilang kiper Cecep Supriatna yang didampingi empat defender, gawang Persib sama sekali tidak kebobolan.